Uncategorized

Close Up Interview Blogger Buku Indonesia

Bismillah, straight to the point, saya diberikan amanah untuk mewawancarai seorang gadis cantik dari Komunitas Blogger Buku Indonesia. Beliau adalah  seorang muslimah, berhijab, dan sejauh yang saya kepo, beliau berasal dari Pulau Kalimantan. Wah, saya juga punya temen di LDK kampus yang dari Kalimantan, lho ! Namanya Desy dan dia orangnya sholehah sekali *nggak penting abis cerita ini*. Tapi saya jadi kepikiran aja dan bertanya tanya apakah mbak Ira punya logat yang mirip dengan teman baik saya di kampus itu.

Ira Mustika iraintheforest

http://irabooklover.wordpress.com / @aira_em

1. Perkenalan diri dulu kali ya.. Mbak Ira umurnya berapa, dan sudah berkeluarga-kah? Sekarang lagi kerja atau kuliah atau ber-ibu rumah tangga?
Tanggal 17 Mei 2013 ini umurku 24 tahun. Aku sudah kerja tapi pengen kuliah lagi. Doain moga dapat beasiswa ya #modus 😀
———-Aamiin.. 🙂
______________________________________________________
2. Mau tau dong, mbak Ira mendeskripsikan diri sendiri seperti apa sih? Orangnya seperti apa (selain kutu-buku), apakah meaningful, atau easy-going, dlsb.
Aku orangnya lebih senang melakukan segalanya sendiri dan sungkan ngerepotin orang lain.Aku juga serius, pendiam, kaku, dan pengen segalanya perfect.  Tapi kalo sudah akrab sama orang, nyerocos, gila dan ga peduliannya minta ampun deh #eh
———-Wah, tipe kesukaanku banget nih! Aku suka orang yang ‘mengandalkan dirinya sendiri’..
______________________________________________________
3. Setauku, mbak Ira itu tinggal di Kalimantan ya? Kakak seniorku sekarang ada yang berkerja di sana juga, lho, tepatnya di Pangkalan Bun kalau tidak salah. Ceritain dong tentang keadaan di sana, kalau boleh sekalian foto kota/depan rumah mbak Ira..
Aku tinggal di Kalimantan Selatan, tepatnya di kota kecil bernama Amuntai. Sekitar 100 km-an lebih lah dari ibukota provinsi, Banjarmasin. Seingatku Pangkalan Bun itu di Kalimantan Tengah ya. Keadaan di sini khas “kota kecil” lah. Di mana hampir semua orangnya saling kenal. Kotanya dikelilingi rawa dan sungai-sungai besar. Kebetulan aku tinggal di bagian Kalimantan yang gak ada hutannya. Kotanya tenang dan menyenangkan. Sayangnya gak ada toko buku sekelas Kharisma atau Gramedia di sini *:(( menangis
sungai-tabalong
Sungai Tabalong, Amuntai, Kalimantan Selatan
———-Jadi biasanya kalau beli buku dimana mbak? Wah, nggak kebayang juga ya kalau deket rumahku tidak ada Gramedia (since I always go to Gramedia about once a week), semoga sebentar lagi dibangun Gramedia disana ya, mbak.. Biar bertambah lagi satu surga buku untuk mbak Ira.. Aamiin.

______________________________________________________
4. Siapa sih tokoh dalam buku atau cerita dalam buku yang menurut mbak Ira paling mirip sama mbak Ira? Kenapa?

Tokoh yang paling mirip sama aku mungkin Annabeth dari seri Percy Jackson dan Heroes of Olympus #ngarep sih sebenarnya #ceweknya Percy tuh #eh *:x jatuh cinta

Merasa mirip terutama pas Annabeth dapat misi labirin sama pas ngikutin tanda Athena. Di sana dia dipercaya menjadi ketua misi. Dia  percaya dirinya bisa melakukan misinya dan keras kepala banget pengen ngelakuin semuanya sendiri. Mirip sama aku kalau keras kepala dan sifat mandirinya lagi kumat 😀
Special for penimbun buku (:p) :
iras-book-shelf
 rak-buku-ira
Timbunan harta karun mbak Ira
———-Hahaha.. Aku malah agak nggak suka sama Annabeth lho.. Soalnya menurutku pemerannya (Alexandra Daddario) nggak pas untuk memerankan peran Annabeth. Aku lebih prefer kalau yang memerankan Annabeth lebih cantik dan terkenal, misalnya Selena Gomez *pernyataan ini subjektif dan modus supaya aktris favoritku bisa main sama si ganteng Logan Lerman*

______________________________________________________
5. Mau tau dong, satu buku yang menurut mbak Ira harus diangkat ke layar lebar, dan siapa artis yang cocok untuk tokoh pemerannya (minimal 1 karakter aja dalam buku itu)

Yang harus diangkat ke layar lebar? Mungkin Brom dari Child Thief aja kali ya #abaikan bagian suramnya dimana darah, usus, dan bagian tubuh lain berhamburan *:-& mual

Menurutku pesan yang disampaikan buku itu bagus. Tentang pertentangan antara dua pihak di mana “kedua belah pihak telah begitu dibutakan oleh rasa takut dan kebencian terhadap satu sama lain, sehingga tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka berjuang untuk tujuan yang sama” #ngutip dari bukunya.
Aku pengen yang meranin karakter Nick nya adalah  Skandar Keynes.
———-*gigit jari* *nggak tau buku Child Thief, padahal sering denger*. Baru tau yang  namanya Skandar Keynes juga *barusan nanya mbah Gugle*, ternyata Skandar Keynes itu yang main di film Narnia ya, yang jadi adiknya William Moseley yang nyebelin dan bikin sial itu. Hahaha. Cakep sih, tapi masih cakepan Thomas Andrew Felton :”) *digeplok masa*

______________________________________________________
6. Apa sih pelajaran dari hidup yang mbak Ira ambil selama ini, berdasarkan pengalaman pribadi? Boleh di share dong, supaya kita bisa saling mendewasakan.

Hmm….ini bakalan jadi cerita yang panjang *:-? berpikir

Ketika kuliah, aku dan teman-teman  ikut  Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Aku yang jadi ketuanya. PKM kami tembus tahap pertama. Pas tahap nasional, karya kami ga berhasil masuk. Aku kecewa berat. Aku kan orangnya perfeksionis *plaak* dan lomba itu sangat penting bagi kami karena kelompok kami adalah salah satu dari 2  kelompok pertama yang berhasil mewakili program studi kami. Program studi kami adalah program studi baru di Fakultas. Dan Ketua Program Studi (KPS) kami waktu itu sangat berharap kalau kami berhasil tembus ke tingkat nasional.
Beberapa bulan kemudian, Pembantu Dekan Bagian Kemahasiswaan (PD III) kampus saat itu mengadakan sosialisasi lagi tentang PKM. Saat itu beliau marah-marah karena  di PKM sebelumnya ada kelompok yang katanya mempermalukan kampus. Masalahnya pihak Fakultas menemukan kesalahan format pada laporan akhir yang dikumpulkan oleh kelompok tersebut. Pihak Fakultas meminta kelompok yang bersangkutan untuk merevisi laporan akhirnya. Tapi tidak ada tanggapan dari kelompok itu.  Akibatnya laporan tersebut tidak bisa diikutkan ke tingkat Nasional. PD III marah besar kepada kelompok itu karena tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas. PD III menuduh kelompok tersebut cuma ingin uangnya saja. Ngeri sekali melihat beliau marah-marah. Beliau bilang kelompok tersebut tidak akan pernah beliau pedulikan lagi. Saat itu semua peserta sosialisasi juga ikut-ikutan nyalahin kelompok itu. Malu-maluin kampus aja katanya.
Setelah dikonfirmasi ternyata kelompok tersebut kelompok aku. Aku kaget sekali. Sumpah deh, aku dan anggota kelompokku sama sekali tidak pernah dihubungi pihak Fakultas perihal revisi laporan akhir itu. Kami kira laporan kami oke-oke saja. Aku tidak terima dibilang kelompok yang tidak bertanggung jawab dan mata duitan.
Aku menghadap PD III dan mengatakan kalau kami sama sekali tidak tahu kalau laporan kami salah format. Kami tidak pernah dihubungi pihak Fakultas tentang laporan itu. Aku minta PD III memberitahu siapa petugas Fakultas yang katanya sudah menghubungi kelompok tersebut. PD III bilang beliau akan menghubungi orangnya dan bilang akan menghubungi aku nanti.
Sambil menunggu konfirmasi dari PD III, kami melakukan penyelidikan sendiri. Kami  pergi ke Bagian Kemahasiswaan Fakultas tempat kami mengumpulkan laporan tersebut. Kami bertanya apakah pernah ada laporan salah format dan disuruh merevisi. Petugasnya bilang tidak ada.
Kami berusaha menemui PD III lagi, tapi beliau sibuk. Aku yang saat itu betul-betul tersinggung segera menghadap KPS dan menceritakan semuanya dengan penuh emosi. Duh, aku masih malu sampai sekarang ketika mengingat itu. Saking kecewanya aku curhat sama KPS pakai bahasa daerah, lupa pakai bahasa Indonesia. Aku ingat KPS ku pengen ketawa melihat aku tiba-tiba nyerocos, padahal aku terkenal pendiam di kampus. Beliau berusaha menahan tawa karena aku jelas terlihat pengen nangis.
Dan setelah curhatan yang penuh emosi dan hampir berderai air mata *lebay*. KPS cuma bilang, “Sudah lupain aja”.  Saking kagetnya aku tidak bisa ngomong lagi. Akhirnya temanku bilang “Tapi Pak, kami tidak terima dibilang kelompok yang tidak bertanggung jawab dan mempermalukan kampus”. Jawab KPS, “Kalau kalian tidak bersalah, temukan buktinya. Tapi saya ragu kalian bisa mendapatkannya. Jadi saya sarankan lupakan saja”.
Tidak patuh, kami kemudian pergi menghadap bagian Kemahasiswaan Universitas dan mereka bilang laporan kami tidak pernah masuk ke pihak Universitas. Dengan kata lain, laporan kami hilang secara gaib di Fakultas kami sendiri. Boro2 pengen menang di Nasional, laporan kami bahkan tidak pernah sampai ke Jakarta.
Sampai aku lulus, tidak pernah ada konfirmasi dari PD III. Kami juga tidak berhasil menemukan bukti kalau kami tidak pernah dihubungi oleh Fakultas perihal revisi laporan. Pihak Fakultas pun bilang tidak ada laporan yang harus di revisi.
Setelah itu kami perang dingin dengan PD III #eh. Saat ada event-event Fakultas lainnya, aku menolak ikut, kalaupun harus wajib ikut, aku cuma ikut  apa adanya saja, ga pakai semangat 45 lagi, toh kami sudah tidak dipedulikan lagi #ngambek nih ceritanya #jangan ditiru ya J
Itu sebabnya aku suka The Child Thief karya Brom #bukan iklan.  Pesan yang disampaikannya kena banget. Apalagi pas kutipan ini  “kedua belah pihak telah begitu dibutakan oleh rasa takut dan kebencian terhadap satu sama lain, sehingga tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka berjuang untuk tujuan yang sama.”
PD III mungkin hanya menerima berita kalau ada kelompok yang mangkir dari tugas. Dan kami juga hanya menerima berita kalau kami tiba-tiba disalahkan untuk perbuatan yang tidak kami lakukan. Kami dan PD III sama-sama dibutakan oleh kekecewaan masing-masing. Saking kecewanya PD III sampai marah-marah dengan begitu ngerinya dan tidak memedulikan kami lagi. Saking kecewanya juga, kami jadi ngambek. Yang rugi jadinya kedua belah pihak. Padahal kami berjuang untuk hal yang sama.
Mengingat itu, sekarang aku mulai belajar untuk melihat sesuatu dari “luar kotak”. Kalau ada beberapa pihak yang sedang konflik, ntah aku terlibat di dalamnya atau tidak, aku akan melihatnya dari luar dan dari kedua sisi. Mungkin masing-masing pihak hanya dibutakan oleh sesuatu. Ntah amarah, kekecewaan, ketakutan, prasangka dan hal negatif yang lainnya. Padahal sebetulnya yang mereka perjuangkan adalah hal positif yang sama. Jadi tugas kita lah untuk menguak hal positif  tersebut dengan mengibas hal negatif yang melingkupinya #apa coba #sok bijak
———-Ciee.. *lho kok ciye*, aku ketawa pas bagian curhat pake bahasa daerah itu.. 😀 Pengalaman sekali dalam hidup mbak Ira yang kalem bisa berubah 180 derajat ya hehehe.. Setuju banget, aku juga mengaplikasikan prinsip out of the box, aku yakin (selain hal agama, yang haq dengan yang bathil) kalau banyak sisi didunia ini. Ketika sudah berfikir di luar kotak pun, kita juga masih harus menyadari bahwa sisi yang kita liat nggak sama dengan sisi yang dilihat orang lain. Coba kalau kita bergeser sedikit, pasti view-nya akan beda. Hal itu sedikit memudahkan aku dalam menerima sesuatu, baik yang manis, pahit, atau kesempurnaan dan kesalahan *lebih sok lagi*

______________________________________________________
7. Mau dong, sebutin 5 kenangan yang mbak Ira punya tentang buku.. (misal, pertama kali menang giveaway di internet itu dari siapa dan buku apa, dlsb)

Ketika punya buku koleksi pertama dari tabungan sendiri judulnya Kumpulan Cerpen Bobo #6 Petuah ajaib.

Ketika selesai membaca The Bartimaeus Trilogy. Galau nya berhari-hari…sampai2 cemas mikirin ntar keluargaku setuju gak ya kalau anak ku aku kasih nama Nathaniel #ga penting *8-| mata berputar
Ketika berhasil membaca semua koleksi karya sastra lama Indonesia (Sitti Nurbaya dkk) di perpustakaan sekolah waktu SMA #kesenengan sendiri *:> bangga diri
Ketika menang GA dari Goodreads untuk buku The Almond Tree by M.C. Corasanti
Ketika membaca The Almond Tree yang berbahasa Inggris itu dalam sekali duduk dan menangis terharu karena ceritanya #takjub bisa membaca buku B. Inggris padhal English skill ku jelek sekali *#-o waduh!
———-Waah mbak Ira menang giveaway yang dari luar negeri di Goodreads? Hebat banget! Aku sering masukin entri di giveaway Goodreads dari luar negeri tapi nggak pernah dapet.. Bahkan sekarang – sekarang ini aku kayaknya belum pernah menang GA yang dari GR deh.. 😥 Aku alhamdulillah cuma pernah dapat sekali, buku Pegasus terbitan Mizan. Tapi lumayan juga sih ya, soalnya bukunya waktu itu harganya di atas enampuluh ribu..

______________________________________________________
8. Terakhir, apa sih harapan dan kritik untuk BBI?
Aku baru gabung sama BBI, jadi rada bingung mau ngasih saran dan kritik apa. Mungkin sering-sering ngadain event-event seru aja deh #saran yg ga kreatif
Kritiknya untuk sementara tidak ada *plaak*

______________________________________________________
Yaa, itu dia wawancaraku dengan salah satu muslimah pencinta buku dalam Komunitas Blog Buku Indonesia, mbak Ira. Kapan – kapan, kalau mbak Ira ke Jakarta atau aku ke Kalimantan, kita bisa saling bertatap muka^^

3 thoughts on “Close Up Interview Blogger Buku Indonesia

  1. Eh, sudah di post ya #jadi malu (≧◡≦)

    Kemungkinan mirip. Meski pakai bahasa Indonesia, logat KalSel ku ga bisa hilang 🙂

    Oh ya, lupa jawab pertanyaan yg pertama: aku belum berkeluarga #modus lagi 😀

    Biasanya beli online, atau borong toko buku pas lg liburan ke Banjarmasin, atau nunggu penerbit ngadain bazar di kota ku yg biasanya cuma beberapa kali dalam setahun (⌣́_⌣̀)\(‘́⌣’̀ )

    Siip…siip, moga ntar bisa ketemuan ya (´⌣`ʃƪ)

Leave a reply to Fenny Herawati Cancel reply